Dua hari kunjungan yang menyisakan tauladan.
Ada yg menarik dari kunjungan TGB ke Surabaya kemarin. Dalam jadwal yang tergolong padat, TGB hadir menyambangi undangan sambil memberi motivasi dalam tausiyahnya. Dalam tutur kata yg halus cendrung datar, sanggup membuat jamaah ramai berdatangan. Menyimak dan poto poto tentu saja.
Jamaah terlihat rileks berbaur dengan TGB. Tak ada sekat, tak ada jarak, bebas minta selfi selfi. Kian hari pembicaraan tentang TGB kian nyaring. TGB sudah milik siapa saja.
TGB hadir tak seperti pejabat kebanyakan, tanpa kawalan protokoler layaknya seorang gubernur. Sebagai penceramah, pidato tanpa teks, mengalir saja. Dokumentasi kebanyakan dari relawan saja.
Yang menarik buat saya, bagaimana dia memperlakukan lawan bicaranya. Gesturenya alami saja. Dia spontan jongkok berbicara menghadap ibu Sinta Nuriyah istri Alm. Gus Dur. TGB langsung menyambutnya begitu beliau datang. Juga reflek TGB menyambut tangan almukarom kyai sepuh karismatik Maimun Zubair dengan merunduk lebih rendah dan langsung mencium tangan beliau. Yang lebih mengagumkan buat saya, bagaimana dia menempatkan diri satu anak tangga lebih rendah ketika berbicara dengan KH Solahudin Wahid. Natural. Otomatis saja, seperti sudah terbiasa. Tak sekali dua kali ini. Memang sudah begitu adabnya.
Tak heran banyak orang bilang, TGB sosok langka. Sosok Ulama yang memuliakan Ulama.
Ditengah tekanan keterpurukan ekonomi masyarakat, akal sehat yang di jungkir balik, TGB menyiramkan kesejukan dengan pribadi bersahaja.
Ditengah carut marutnya moral dan akhlak anak negeri, Allah masih bermurah hati memberi seorang untuk di tauladani.
Sumber: Facebook.com/Wahyudi