Tradisi Sasak Berperajean

Mataram (Lombok). Berperajean merupakan sebuah kata yang berasal dari kata peraje (Remaje-remajean/Bahasa sassak) atau Remaja (Bahasa indonesia). Masyarakat sasak biasanya menyebut kata Berperajean ini pada saat upacara Sunatan bagi anak laki-laki mereka. di dalam upacara itu kata berperajean dapat diartikan sebagai kegiatan mengajak anak-anak bermain menjadi remaja atau dewasa dengan cara menghias anak laki-laki mereka yang akan disunat menjadi Remaja/Dewasa. ini dimaksudkan untuk menghibur anak-anak yang disunat agar terlihat perkasa, pemberani layaknya anak-anak remaja/dewasa sehingga menimbulkan rasa tidak takut terhadap peroses sunatan yang akan dilakukan oleh Dokter atau mantri nantinya.

Pada zaman dahulu biasanya upacara berperajean ini dilaksanakan secara bersamaan dengan upacara Nyongkolan sehingga upacaranya biasa disebut dengan “Begawe Beleq”. namun demikian masyarakat juga sering mebuat acara ini secara terpisah.

Acara berperajean ini biasanya dilengkapi dengan iring-iringan musik tradisional khas lombok yang memiliki kuda-kudaan besar yang dapat ditunggangi dua orang dewasa. kuda-kudaan ini terbuat dari pohon “Boroq(Bhs. Sasak)” dan diberikan warna khusus sebagai penanda jenis kelamin kuda-kudaan tersebut yaitu kuda-kudaan berjenis kelamin betina diberi warna kuning dan kuda-kudaan jantan diberi warna hitam. kuda-kudaan ini juga sebenarnya dahulu masyarakat sering menggunakannya untuk iring-iringan pengantin, namun seiring perkembangan zaman pengantin sasak tidak lagi menggunakannya karena terkait dengan tidak rapinya barisan pengiring dan pengawal acara nyongkolan.

Sebagian masyarakat mengatakan bahwa upacara berperajean ini sangat menguntungkan bagi para epen gawe(Pemilik Upacara), karena diacara ini  biasanya rezeki anak-anak yang disunat mengalir dari berbagai arah yaitu para tamu undangan dan warga sekitar yang datang di upacara tersebut. para tamu undangan dan warga sekitar selalu memberikan hadian berupa uang kepada anak-anak yang disunat, hal ini dimaksudkan untuk memberi upah dan menghilangkan atau mengobati rasa sakit yang diderita anak-anak karena peroses sunatan dari para Dokter dan Mantri.

Hingga kini upacara ini masih tetap dipertahankan masyarakat pedaleman lombok walaupun zaman sudah modren.